Kedatangan
Rika di kos Lestari, bikin suasana jadi tambah gokil. Habis anaknya unik
banget. Pertama kali dateng udah pake acara nangis-nangis. Ceritanya tu anak
kesasar, terus ke kosnya dianter sama orang (entah siapa) yang nggak tega liat
Rika nangis di terminal. Anaknya emang lugu banget dan mudah gelisah.
Keunikan lain terjadi juga pada waktu
Rika mau OSPEK. Kalo anak lain kayak Firda dan Ayu sibuk nyiapin atributnya,
Rika justru galau di kamar. Dia masih bingung mau ikutan OSPEK atau enggak,
karena merasa nggak punya temen, nggak punya saudara, belum kenal daerah kampus,
dan catatan OSPEK-nya nggak lengkap, dia jadi bingung aja gitu pas mau nyiapin
atributnya. Nah, gara-gara Rika galau, mbak kos yang udah bau semester tua
kayak gue, Anin, Dalia, Memey, jadinya lembur semaleman buat bantuin Rika bikin
atribut OSPEK-nya. Ternyata ketika bantu-bantu pun kami menemukan keunikan lain
lagi.
“Kertas manilanya aku potong ya?”
“Ini cocard-nya
ukuran berapa? Gambar itiknya aku print ya?” Rika anak Peternakan, khusus
jurusan ini mahasiswa barunya diminta pakai cocard
gambar itik yang di dalamnya ada identitas plus foto selfie bareng itik.
“Talinya pake pita atau rapia?”
“Bukunya udah disampul belum?”
Hiruk pikuk pembuatan atribut membuat
semuanya nggak sempet ngerumpi ataupun nonton film lagi. Semuanya sibuk bantuin
Rika biar dia mau berangkat OSPEK. Sesekali Rika ngeluh, tapi kami nggak
berhenti support dia.
“Catatanku nggak lengkap ini mbak,
kemarin pas nyatet atribut belum selesai tapi kertasnya udah disobek sama
panitia.”
“Halah, OSPEK mah biasa gitu, biar
mental kamu kuat,” jawab Anin.
“Iya, semangat Rik,” Firda juga kasih
semangat. Salut buat Firda, dia sendiri juga mau OSPEK, tapi mau bantuin. Gadis
baik.
“Aku takut dihukum mbak...,” Rika masih
aja galau.
“Halooo adek kosku yang baru, kamu udah
dateng jauh-jauh dari Situbondo, kesasar, capek beli ini itu buat OSPEK, dan
sekarang mau nyerah gitu aja?” ujar Dalia sambil mengoyak tubuh Rika sampe bulu
hidungnya berantakan. Rika pun balik semangat lagi. Anak baru emang harus gitu,
nurut sama mbak kos.
“Baju udah disiapin?” tanya gue.
“Haduh, iya mbak, aku lupa. Coba aku
lihat dulu dresscode-nya.” Rika
langsung mengecek catatannya. “Bawahan item, nggak boleh pake jeans ataupun
pensil, jilbab item. Aduh, aku nggak punya mbak, aku cuma bawa baju dikit
kemaren. Mau beli dimana ini udah malem?”
“Ngapain beli, pinjem aja!”
Kami, kakak-kakak kos pun langsung
menyiapkan seragam yang dimaksud. Lalu balik lagi menyiapkan atribut yang belum
kelar.
“Tolong ambilin kertas warna ijo dong
dek,” kata gue ke Rika. “Sini, biar aku potong juga.”
“Hijau yang mana mbak?”
Semua hiruk pikuk pembuatan atribut pun
sekejap terhenti. Gue dan yang lain bengong, saling memandang. Warna hijau yang
ada disitu cuma satu dan dia masih tanya warna hijau yang mana? Weww.
“Kamu nggak tahu warna hijau?” tanya
gue.
Rika geleng-geleng dengan muka polos.
“Warna daun apa?” tanya gue lagi.
“Biru.”
“Hah?” semuanya jadi makin bengong. Wah,
jangan-jangan minus ni anak, tapi minus kan nggak bikin warna hijau jadi biru.
Atau jangan-jangan buta warna? Ah, kita nggak mau nge-judge dulu deh.
“Mata kamu baik-baik aja kan Rik?” tanya
gue lagi.
“Iya.”
“Warna jeruk apa?” tanya Firda.
“Kuning, orange, hijau. Tergantung jeruknya.”
Oooohh...berarti bener matanya sehat.
“Warna
langit apa?” Dalia menyambung.
“Biru.”
“Warna laut apa?” Anin nambahin.
“Biru.” *Tiba-tiba aja suasana jadi berubah kayak taman bermain anak-anak
“Warna daun apa?” tanya gue lagi.
“Biru.”
“Loh kok sama?” tanya Memey heran. Jelas
ia heran, dia aja yang minus parah masih tau kalo warna daun itu hijau.
“Kalo warna daun itu biru daun mbak,
kalo warna langit biru langit atau biru muda, kalo warna laut biru laut atau
biru tua.”
“Hah?” kami semua terpukau lalu ketawa dengan
perasaan aneh.
“Kan di Situbondo nggak ada warna
hijau.”
“Serius tuh?” tanya kami kompak.
“Iya, jadi kalo warna daun itu
disebutnya biru daun.”
“Trus kalian belajar Biologinya gimana?
Masak kalo ketemu klorofil disebut sebagai zat biru daun?” tanya Dalia
penasaran. *naluri anak Biologi
“Haduh, aku lupa mbak kalo pelajaran
Biologi.”
GUBRAKK!!
Gue baru tahu tuh. Selain nggak bisa
bahasa Jawa, kosakata warna Rika juga nggak ada warna hijaunya. Gara-gara
bantuin bikin atribut nih, semua jadi paham. Iya, jadi paham kalau warna daun
itu “biru”.
***
Sumber gambar http://www.mp3tunes.tk/download?v=DV8LmAgWN0k
0 komentar:
Posting Komentar