Keluarga gue bukanlah pecinta kucing, tapi keluarga
petani yang butuh kucing. Di rumah, babe menyimpan banyak banget gabah, jadi
keluarga kami harus punya banyak kucing agar jatah makan semusim ke depan aman dari
jarahan para tikus.
Seperti sore-sore sebelumnya, emak minta gue untuk
kasih makan kucing. Gue mengambil ikan asin goreng lalu menumbukknya di kertas.
Setelahnya gue aduk rata dengan nasi. Tiba-tiba Nabilla dateng.
“Te, itu buat siapa?”
“Kucing.”
Pertanyaan bodoh, ngapain nanya coba? Jelas-jelas
dia tau itu makanan kucing, bukan makanan gue, masak iya gue makan pakai alas kertas?
Tapi dari pertanyaan bodoh itulah, dia jadi tersangka yang patut dicurigai.
Setelah mendengar jawaban dari gue, Nabilla bukannya pergi tapi malah menyibukkan
diri nggak jelas di sekitar gue.
Gue mulai mengendus maksud tersembunyi di balik
kesibukannya yang tidak berarti, “Mau dek?”
Nabilla diem, tapi melirik makanan kucing yang gue
bawa, lamaaaaa banget. Gelagatnya makin lama makin mencurigakan.
“Adek, lama ah. Yaudah tante kasih ke kucing ya.”
“JANGAAANNNN!!! Aku nyicip Te....” Nabilla
melambaikan tangannya menghentikan langkah gue.
Tuh, kan bener. Gue menyodorkan nasi ikan asin itu
di depannya.
“Taruh sini loh tante, sini, siniiii ...,” kata
Nabilla sambil nunjuk ke meja makan dengan semangat.
Gue nurutin dia. Gue taruh di meja dan gue mulai
nungguin dia icip-icip. Sesuap... dua suap.... Lhoh kok keterusan?!
Nyokap yang kebetulan melintas dan mengetahui
kejadian itu pun langsung bisik-bisik kasih kode ke gue, “Udah biarin, dia
seharian belum makan.”
Owalah, ndhuk, ndhuk, laper to? Malang benar nasibmu. Tau gitu tadi
tante buatin makanan kucing yang banyak, haha. Orang lain pasti mikir, tantenya
jahat banget, masak ponakannya dikasih makanan kucing. Mereka nggak tahu,
justru ponakan gue yang jahat karena udah habisin jatah makan kucing. Kucing
itu adalah guardian of the rice, jadi
kastanya lumayan diperhitungkan.
Kejadian ini terjadi beberapa waktu silam, sebelum
Nabilla mengenal sekolah, sebelum Nabilla belajar membedakan mana makanan
manusia dan mana makanan kucing. Tapi meskipun dia udah nggak pernah makan
jatah kucing, efek dari kebiasaannya itu masih terasa sampai sekarang. Tiap
kali gue tawarin nasi jatah kucing, dia geleng-geleng tapi bilang, “emmiaawwh...emmiaaawwh..”.
Nah lo! Gagal gaul kan sekarang, bilang “emoh”
(nggak mau) aja jadi “emiaawwh...emiaaawwh..”.
***
Sumber gambar http://www.petnyaku.com/photo/dua-kucing-jepang-menahan-godaan-makanan-meski-selalu-dilarang-tapi-gak-pernah-kapok/
0 komentar:
Posting Komentar